Influencer Marketing

Companies have always been finding new ways to market their product every time. With the Internet and social media growth, a new marketing trend has risen in the last 5–6 years. Influencer Marketing…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Stairs.

Jasver merutuki dirinya ketika terpaksa harus kembali pulang sebab dompetnya tertinggal, merasa kesal sendiri karena waktunya jadi terbuang sia-sia. Setelah selesai memarkirkan mobilnya asal di halaman, Jasver terburu menghampiri pintu dengan wajah gusar. Paginya sudah tidak enak dengan Kala dan sekarang masalah dompetnya. Jasver berkali lipat benci hari ini.

Tombol itu ditekan mencoba memasukkan password yang terpasang agar pintu itu bisa dibuka, dan pemandangan yang ia lihat adalah Kala yang tengah terduduk di bawah tangga dengan darah mengucur dari bahu dan juga pelipisnya. Membuat Jasver menghela nafasnya menahan amarah, Kala mencoba melarikan diri.

“Kala,” Jasver menyebut nama itu dengan intonasi rendah, membuat Kala semakin berani untuk membangkang.

Sementara Kalandra masih berusaha menahan aliran darah yang terus keluar selagi membenarkan perban yang kemarin diganti Jasver, mereka saling diam tanpa suara untuk saling mengadu argumen.

“Lo mau naik ke atas sendiri atau sama gue?”

“Jas,” Kala mendongak menatap dua mata coklat yang sesekali menyiratkan amarah, “gue muak sama sikap lo kaya gini, just let me go? Gue mau pulang, mau hidup kaya biasa. Ngga ada lo, ngga ada Hira. Gue janji Jas gue ngga akan ganggu lo atau Hira.”

Maka atas ucapan itu Jasver semakin murka lalu menarik Kala untuk berdiri dan menyeretnya ke atas, itu membuat Kala jauh lebih sakit dibanding jatuh dari tangga tadi. Jasver tanpa belas kasihan menarik lengan itu sampai perban di bahunya hampir terlepas, darah terus keluar sementara Kala hanya bisa diam menahan sakit.

Jasver membantingnya ke atas kasur, membuat lelaki itu kembali terbaring dengan sprei yang sudah memerah karena darahnya. Sedangkan Jasver membuka laci di sebelah ranjangnya, mengeluarkan obat- obatan tepat di hadapan Kala.

“Lo liat Kal?” Nafasnya naik turun masih dilingkupi amarah besar karena Kala, “gue coba buat baik sama lo, gue usaha sembuhin lo sampe bisa kaya dulu lagi. Kal, I’m trying to heal you.”

“Kenapa repot, Jas? Gue bisa sendiri, gue punya uang buat ke rumah sakit, gue punya temen yang mau rawat gue di rumah.”

“Kala!” Jasver mulai menaikkan nada bicaranya. “Lo bisa nurut? Gue cuma mau lo dengerin gue, Kal.”

“Benefitnya buat gue apa? Gue harus diem aja dikurung sama lo di tempat kaya gini? Gue harus ikutin perintah lo buat selalu diem padahal gue bukan bawahan lo?”

“At least i can do better, gue bisa kasih lo semuanya. Rumah, fasilitas, makan yang layak, gue bisa kasih lo apapun.”

“Anjing, Jas. Gue ngga paham maksud lo apa, gue yang buat Hira masuk rumah sakit, lo bales dendam semuanya ke gue, terus lo culik gue dengan alesan ‘lo bisa sembuhin pake cara lo yang lebih baik’ Mau lo apa sebenernya sama gue Jas?”

Dan setelah Kala selesai dengan ucapannya Jasver duduk di pinggir ranjang membuka semua perban dan mengobati bahu Kala, keduanya tidak ada perbincangan apapun setelah itu. Hanya suara air hujan di pagi hari, juga hembusan nafas Kala yang masih ingin mengeluarkan seluruh keluh kesahnya.

Jasver hening, sementara hatinya berbicara.

Add a comment

Related posts:

Proses Pengembangan Aplikasi Android

Banyak dari kita yang dari developer backend ataupun frontend web dan desktop beralih menjadi developer frontend mobile, sebagai pembahasan kali ini adalah menjadi developer Android. Di sini saya…

The Final Touchstones

I am reviewing a copy of Final Touchstones through Sunbury Press, Inc., Brown Posey Press and Netgalley: In Final Touchstones we will learn the story of four brothers leaving Sicily for America in…

My Hopes and Fears for Filecoin

I first heard about Filecoin in 2015. My friend, Siraj Raval, was writing a book about decentralised applications and he told me about the project. I skimmed the website and thought it sounded…